Jumat, 18 April 2008

PAUD

Polling dan Permainan Statistik•
Oleh :Joko Subando, S.Si
ARTIKEL
• Polling dan permainan statistik
• Polling dan kepercayaan masyarakat
Abstraksi
Polling merupakan fenomena menarik akhir-akhir ini, selain mampu mengungkapkan permasalahan aktual yang relatif cepat dan akurat, publikasinya pun juga cukup genjar lewat koran, majalah, teleivisi maupun website-website internet. Namun, keakuratan polling dalam mengukur pendapat umum di kikis oleh sebagian lembaga yang tidak menerapkan metodologi polling secara standar. Mereka menyelenggarakan polling dengan mengambil responden secara "asal-asalan", lalu hasilnya dipublikasikan secara bombastis. Dengan melihat fenomena seperti itu, bagaimanakah cara mencermati polling yang baik? Menanyakan keabsahan sampel sebagai responden, teknik pengambilan sampel, metode wawancara dan bentuk pertanyaan polling merupakan langkah awal agar tidak terjebak oleh maraknya polling yang kadang kala itu adalah polling palsu. Sampel yang baik adalah sampel yang merepresentasikan populasi, sampel dipilih oleh peneliti bukan memilih dirinya sebagai responden seperti kebanyakan polling-polling di televisi saat ini. Metode wawancara yang akurat adalah dengan wawancara langsung yang dilakukan di seluruh propinsi bila permasalahan yang diangkat adalah permasalahan nasional. Dan bentuk pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang jelas dan tidak membias. Sementara itu mengetahui siapa sponsor pooling, akan membantu dalam memahami temuan polling sebab dapat dimungkinkan penyelenggara merekayasa hasil polling.
Kata kunci ; polling, sampel, populasi, metodologi polling
A. PENDAHULUAN
Mengetahui pendapat umum yang berkembang di tengah masyarakat baik itu berupa sikap masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, dukungan masyarakat terhadap partai atau calon presiden,, pendapat masyarakat terhadap produk barang tertentu, merupakan hal penting bagi pemerintah, partai politik maupun instansi swasta.
Pemerintah butuh legalitas dan dukungan dari masyarakat, sehingga mengetahui seberapa besar dukungan atau penolakan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah merupakan hal yang patut diketahui. Bagi partai politik pendapat yang berkembang di tengah masyarakat merupakan senjata utama untuk mengoreksi pemerintah dan menaikkan nilai tawar partai. Seberapa besar dukungan masyarakat terhadap langkah partai merupakan hal yang seharusnya diketahui. Demikian juga bagi sebuah perusahaan, masyarakat adalah konsumennya maka mengetahu apa yang menjadi pemikiran dan perasaan masyarakat terhadap produknya menjadi hal yang penting agar apa yang diproduksi dan diluncurkan ke tengah masyarakat direspon dan diterima dengan baik.
Pendapat umum dapat ketahui melalui, diskusi, pemilu, atau lewat polling. Dan saat ini, polling mulai marak diberbagai media, baik di media massa seperti koran, majalah atau media elektronik seperti radio, televisi maupun internet. Polling menjadi fenomena yang menarik karena mampu menyajikan pendapat umum dalam waktu yang relatif singkat dan mampu menerobos ruang-ruang privat serta memberikan rasa aman bagi orang yang menyampaikan pendapatnya.
Banyak lembaga yang menyelenggarakan polling, baik polling di bidang ekonomi, politik, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Di Amerika Serikat Gallup dikenal sebagai lembaga polling yang cukup kredible, lembaga tersebut telah melakukan polling pemilihan presiden sejak tahun 1936. Dari 18 kali pemilihan presiden hanya sekali memberikan prediksi yang salah, yaitu ketika pemilihan presiden tahun 1948.
Saat itu calon Presiden ada empat, Deway, Truman, Thurmon, dan Wallace, menurut polling yang diselenggarakan Gallup dukungan terhadap Dewey 49,9%, Truman 44,8%, Thurmon 2,0% dan Wallace 4,0 %. Dengan demikian menurut polling lembaga tersebut yang menjadi Presiden AS periode 1948-1952 adalah Deway karena perolehan dukungannya terbesar. Namun ternyata dari hasil pemilu menunjukkan bahwa perolehan suara Deway hanya 45,1%, sedangkan Truman 49,5%, Thurmom 2,4%, Wallace 2,4%. Dengan demikian yang berhak menduduki gedung putih saat itu adalah Truman. Inilah kesalahan tunggal Gallup selama melakukan polling, sementara itu dari 17 kali pemilu yang lain lembaga ini mampu memprediksikannya dengan baik.
Di dalam negeri sendiri lembaga-lembaga Polling juga banyak seperti Lembaga Penelitian Pendidikan dan penerangan Ekonomi-Sosial (LP3ES), Lembaga Survey Indonesia (LSI) , Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS) dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga di atas akhir-akhir ini sering terdengar karena cukup intens dalam melakukan polling calon presiden, bahkan LP3ES dan NDI (National Democratic Institue) sempat membuat terobosan hebat dalam penghitungan suara pada pemilu putaran pertama 5 Juli lalu yakni Quick Caunt.
Di sisi lain, semakin membludaknya pemilik Hand Phone (HP) dan telepon, semakin menambah meriahnya polling-polling yang diselenggarakan oleh beberapa stasiun televisi. SCTV, TV7 dan Metro TV hampir setiap hari menggelar dan menayangkan hasil polling. Masyarakat dapat mengirim sms untuk mendukung calon presiden pilihannya. Namun, apa yang ditayangkan di media tersebut justru membingungkan masyarakat. Masyarakat menjadi bertanya-tanya apakah temuan polling itu dapat dipercaya atau tidak? Sebab hasil polling antara stasiun TV satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Di TPI samapai tanggal 3 Juni 2004 jam 17.30 WIB pasangan Amin-Siswono memperoleh dukungan 44,40%, SBY-JK 32,13%, sementara itu polling di stasiun SCTV sampai hari itu juga pasangan Amin-Siswono memperoleh dukungan 42, 26%, SBY-JK 37, 34%, pasangan lain, Wiranto-Shalahudin, Mega-Hasyim dan Haz-Agum memperoleh dukungan di bawah 11 %. Di TV7 (sampai tanggal 4 Juni 2004 jam 13.00 wib) pasangan SBY-JK memperoleh dukungan 29,97 % sementara pasangan Amien-siswono 28,89%. Nah, dengan melihat fenomena diatas bagaimanakah cara mencermati temuan polling yang baik?
B. KAJIAN TEORI
Polling adalah suatu kerja pengumpulan pendapat umum dengan menggunakan teknik dan metode ilmiah. Metode yang dipakai untuk mengenali pendapat itu adalah survei yaitu suatu metode dimana obyek adalah orang atau individu dan menggunakan kuisioner sebagai alat untuk mendapatkan data/informasi.
Karakteristik utama polling adalah berkaitan dengan publikasi hasil penelitian. Pertama, waktu penyelenggaraan dan publikasi terbatas. Jawaban seseorang adalah pada saat wawancara dilakukan.dan publikasi dilakukan ketika isu masih hangat. Bila wawancara dan publikasi tidak segera dilakukan maka isu akan segera hilang dan apabila polling tetap dilakukan maka hasilnya tidak akan banyak membawa manfaat. Kedua, polling hanya menangkap fakta. Ketika muncul isu UULL(undang-undang lalu lintas) maka polling hanya menangkap apakah masyarakat setuju atau tidak. Lain dengan survey akademik yang diperlukan justru penjelasan mengapa mereka setuju atau mengapa mereka tidak setuju.
Tahap awal dari semua kegiatan polling adalah mendesain polling, polling didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dalam metode penelitian sosial yang sering disebut dengan metodologi polling.
Pertama, mengidentifikasi tujuan polling. Masalah penting adalam polling adalah merumuskan dengan tepat tujuan polling yang akan dibuat. Tujuan yang ditetapkan akan menentukan semua instrumen polling yang akan digunakan, target populasi, tipe informasi, waktu wawancara, dan metode wawancara.
Kedua, populasi dan kerangka sampel polling. Populasi polling ditentukan oleh topik dan tujuan yang akan dibuat. Misalnya kalau mau mengetahui sikap masyarakat terhadap likuidasi bank maka populasi yang relevan adalah para pemilik rekening di bank. Kalau ingin mmengetahui pendapat masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu maka populasinya adalah para pemilih pemilu. Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel diambil karena melakukan penelitian terhadap semua anggota populasi adalah hal yang tidak mungkin dilakukan, bila populasinya cukup besar.
Ketiga, menentukan teknik penarikan sampel. Teknik penarikan sampel apa yang akan dipakai ditentukan sebelum polling dikerjakan. Pertimbangan yang dipakaii untuk menetukan teknik penarikan sampel diantaranya adalah ada tidaknya kerangka sampel. Apabila kerangka sampel telah tersedia dapat memutuskan memakai teknik sampel acak sederhana atau sistematis. Tetapi apabila kerangka sampel yang memuat populasi belum tersedia dapat menggunakan teknik klaster. Pertimbangan lain, sampelnya menyebar atau mengumpul. Jika menyebar, lebih efektif mengunakan sampel klaster namun jika mengumpul maka lebih tepat mengunakan sampel acak sederhana atau stratifikasi.
Keempat, menentukan tipe informasi. Dalam polling, cara untuk mengetahui pendapat/perilaku adalah dengan bertanya, data tidak dapat diperoleh dengan observasi atau partisipasi tetapi menanyakan langsung kepada responden. Dengan daftar dibuat untuk menanyakan apa yang mereka rasakan atau yang mereka pikirkan terhadap isu-isu tertentu.
Kelima, waktu wawancara. Desain polling juga harus mempertimbangkan apakah polling dibuat untuk sekali waktu (survey cross-sectional) ataukah rangkai waktu (survey longitudinal). Polling dapat dipandang sebagai pendapat yang disampaikan seseorang waktu wawancara dilakukan. Disisi lain, polling juga dapat dipandang sebagai survey longitudinal yang mengumpulkan pendapat individu dari waktu ke waktu untuk melihat perubahan perilaku, sikap atau kepercayaan masyarakat. Perbedaan utama kedua desain diatas adalah bahwa pada survey longitudinal harus menanyakan secara tepat pertanyaan yang sama setiap waktu, dan melihat perubahan yang dapat dilihat setiap waktu itu. Sementara untuk survey cross-sectional sekali bertanya kemudian dianalisis dan disimpulkan.
Keenam, menentukan metode wawancara. Metode wawancara ditentukan sebelum polling dijalankan-apakah memakai metode wawancara langsung, lewat surat atau wawancara lewat telepon. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, untuk wawancara langsung kita medapatkan informasi secara mendetail namun butuh waktu yang lama, sementara untuk wawancara lewat telepon kita dapat cepat menyelesaikan polling tapi kendalanya tidak banyak masyarakat yang memilki telepon sehingga sampelnya kurang mewakili dan kalau lewat surat, banyak surat yang tidak direspon oleh responden walaupun semua kerangka sampel disurati.
Ketujuh, Setelah semua data/informasi tersedia, langkah terakhir adalah menganalisis data. Biasanya data di analisis berdasarkan prosentase kemudian disimpulkan dan digeneralisasi ke tingkat populasi.
C. Pembahasan
Polling sebagai suatu metode pengukuran pendapat umum mempunyai keterbatasan, yakni amat tergantung kepada teknik dan metode yang dipakai. Berdasar karakternya yang sangat tergantung oleh waktu dan kemampuannya hanya menangkap fakta, maka jika melihat hasil polling harus cermat, Ada beberapa pertanyaan yang harus dilontarkan dan harus didapatkan jawabannya lebih dahulu sebelum menerima hasil poling yang ada. Beberapa pertanyaan tersebut adalah
1. Siapa yang mensponsori polling?
Dengan mengetahui siapa yang mensponsori polling, akan membantu dalam membaca temuan polling. Hal ini tidak berarti sponsor polling selalu merekayasa hasil polling, tetapi pengetahuan itu dapat menyingkap kepentingan yang mendasari diselenggarakannya polling, apa yang ingin diperoleh sponsor tersebut dengan melakukan polling-apakah hanya sekedar kepentingan akademis ataukah kepentingan ekonomi dan politik.
Contoh bagaimana sponsor mempengaruhi polling adalah polling yang pernah dilakukan gedung putih pada tahun 1972. Setelah Nixon memerintahkan penghancuran pangkalan militer Vietnam utara, juru bicara gedung putih melaporkan bahwa publik Amerika mendukung langkah Nixon, sebab pada waktu polling mereka yang tidak setuju banyak yang tidak ditabulasi dan dihitung .
2. Apakah ada tujuan khusus dari penyelengara polling?
Pertanyaan penting yang harus diberikan ketika membaca polling adalah digunakan untuk apa hasil polling tersebut. Apakah untuk kepentingan bisnis, sebagai strategi pemasaran, untuk kampanye suatu program/kebijakan, sebagai sumber berita surat kabar/majalah, untuk evaluasi program, ataukah untuk mengangkat kandidat tokoh politik.
Polling dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kekuatan seorang kandidat di depan publik dan dapat secara akurat mengukur bagaimana persepsi lawan politik. Atau dalam bahasa yang lain polling dapat digunakan untuk menciptakan citra yang berbeda dari lawan politiknya. Hal ini menjadi faktor kemenangan Reagen atas Carter pada pemilu AS tahun 1984. Konsultan polling Reagen, sebelum kampanye membuat polling untuk menanyakan kepada pemilih apa penilaian mereka terhadap Carter. Publik berpendapat bahwa Carter, terlalu lemah atau tidak tegas dalam mengambil keputusan(diantaranya adalah berlarut-larutnya penyelesaian sandra di Iran). Karakter Carter yang lemah dimanfaatkan kubu Reagen dalam kampanye untuk menampakkan sosok Reagen yang tegas dan pemberani dalam bertindak serta mendengung-dengungkan heroisme dalam setiap kampanyenya. Inilah salah satu bukti bahwa polling mampu mengangkat kandidat tokoh politik. Mengetahui dengan baik tujuan diselenggarakan polling akan membantu memahami temuan polling sehingga tidak mudah terbuai dengan angka-angka polling.
3. Siapa populasi polling dan bagaimana kerangka sampel disusun?
Populasi diambil biasanya dihubungkan dengan tujuan atau topik. Pengetahuan tentang populasi penting, untuk menilai apakah sampel yang diambil relevan dan sesuai dengan tujuan polling. Misalnya polling dengan topik nasib buruh di Solo. Populasi yang relevan adalah buruh/pekerja di Solo. Tetapi, bila dalam polling yang diambil adalah mahasiswa Solo dan menanyakan kepada mereka bagaimana pandangannya terhadap nasib buruh saat ini, tentu saja hal ini tidak tepat. Karena tidak tepat hasilnya pun mempunyai kemungkinan tidak tepat.
Selain populasi, penting juga diketahui bagaimana kerangka sampel diambil. Dalam polling mengenai nasib buruh misalnya dari mana kerangka sampel disusun, apakah dari daftar nama yang sudah ada di departemen tenaga kerja, dafatar buruh di Jamsostek, Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ( SPSI), atau mendaftar satu per satu buruh yang ada di seluruh kota tersebut. Seringkali peneliti kesulitan menetukan kerangka sampel yang sempurna sehingga mereka hanya mengambil data begitu saja, andaikan dalam polling mengambil data daftar buruh/pegawai dari jamsostek atau SPSI maka harus hati-hati dalam membaca temuan polling. Bila polling berkaitan dengan gaji maka tidak dapat digeneralisasi bahwa semua pegawai mengatakan gaji tidak sesuai, karena kerangka sampel yang diambil tidak menyeluruh, sebab tidak semua buruh/pegawai terdaftar dalam Jamsostek/SPSI.
Polling-polling yang diselengarakan TV, Radio atau koran dengan mengirim sms juga tidak dapat digeneralisasi ke tingkat populasi hal ini disebabkan pemilik telepon atau hp tidak begitu banyak (10% penduduk).
Hal lain, baru saja Solopos menyelenggarakan polling berkaitan kebijakan pemerintah kota terhadap pasar- menurut anda, sejauh mana keseriusan pemerintah kota dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran pasar? Mekanisme polling, masyarakat umum atau siapa saja boleh memberikan aspirasinya lewat sms, dengan menjawab pilihan yang ada. Hasilnya, kebijakan pemerintah kota dinilai masyarakat belum serius dalam mengantiipasi kebakaran pasar. Bila dicermati polling ini kurang pas. Sebab sampelnya diambil bukan dari orang yang pas. Mestinya sampel diambil dari orang yang tahu dan berkaitan langsung dengan pasar, misalnya pedagang-pedagang pasar klewer, pasar gedhe, pasar legi dan lain sebagainya, bukan masyarakat secara umum.
4. Bagaimana karakteristik sampel?
Dalam membaca data polling, karakteristik sampel dapat membantu untuk memahami temuan polling. Misalnya sebuah polling menempatkan tokoh A sebagai kandidat kuat Presiden Indonesia, perlu diteliti karakteristik responden polling-apakah berasal dari desa atau kota, apakah berlatar belakang pendidikan rendah atau tinggi. Sebab hasilnya bisa berbeda jika sampel yang diambil banyak yang berasal dari masyarakat berpendidikan tinggi begitu pula sebaliknya. Dan secara teoritis sampel yang berasal dari kota berbeda pandangan dengan sampel dari desa. Ini akan membantu dalam mengkritisi angka-angka polling, sehingga tidak tertipu dengan angka polling yang disajikan.
5. Sejauhmana presisi hasil polling?
Kalau teknik pengambilan sampel berhubungan dengan pertanyaan apakah data dapat digeneralisasikan kepada populasi yang lebih luas, maka presisi berhubungan dengan sejauhmana data hasil polling mendekati kebenaran dari hasil sesungguhnya. Cara paling mudah untuk mengetahui presisi adalah dengan melihat sampling error yang dipakai dalam polling.
Data mengenai sampling error penting, terutama apabila kita menafsirkan data polling dengan proporsi antara mereka yang setuju dengan yang tidak setuju relatif berimbang. Misalnya polling berkaitan dengan fatwa presiden wanita haram. Ketika ditanya setuju atau tidak setujukah anda dengan fatwa presiden wanita haram? Proporsi responden yang setuju dengan yang tidak setuju : 45% : 55%. Bila sampling error yang dipakai 5% maka agak riskan untuk menyimpulkan bahwa masyarakat tidak setuju dengan fatwa presiden wanita. Sebab presentase sesungguhnya, masyarakat yang tidak setuju adalah sebesar 50% –60 % agak berimbang dengan mereka yang menyatakan setuju yaitu 40% –50%. Inlah pentingnya presisi.
6. Sejauhmana arti penting isu terhadap orang yang diwawancarai?
Memastikan apakah responden yang diwawancarai berkata yang sebenarnyaa adalah hal yang tidak mudah. Kuisioner bukanlah mesin kejujuran yang dapat menghasilkan data yang benar-benar jujur dari responden. Yang dapat dilakukan adalah menyusun instrumen dan menciptakan suasana yang mendukung sikap kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan. Salah satu aspeknya adalah responden mengetahui isu yang ditanyakan. Melakukan wawancara kepada responden yang tidak tahu terhadap isu akan terjadi bias, sebab pada akhirnya yang didapatkan bukanlah pendapat responden tetapi kebingungan atau ketidaktahuan responden.
Ketika membaca polling, langkah sederhana untuk mengetahui hal itu adalah dengan mengamati apakah isu yang ditanyakan itu relevan bagi responden. Menanyakan isu penurunan saham terhadap masyarakat umum tentu saja tidak relevan karena banyak mereka yang tidak tahu mengenai isu tersebut. Ketidaktahuan responden terhadap isu menyebabkan hasilnya bias.
Majalah balairung UGM pernah melakukan polling mengenai pemilihan rektor. Sampel polling adalah mahasiswa UGM. Salah satu item pertanyaan adalah "Apakah anda setuju dengan mekanisme pemilihan rektor seperti sekarang ini? Hasilnya : setuju 53, 74%, tidak setuju 40,82% dan tidak tahu 3,40%. Pertanyaan lain. : apakah anda setuju apabila mahasiswa dilibatkan dalam proses pemilihan rektor?" hasilnya: setuju 93,42%, tidak setuju 5,76%. "apakah anda setuju apabila pemilihan rektor tanpa campr tangan pihak luar?",hasilnya 88,43% setuju dan tidak setuju 16,66%.
Dari hasil polling tersebut terlihat bahwa sebenarnya responden tidak tahu dengan isu yang ada. Pemilihan rektor pada waktu itu dilakukan oleh sekelompok elit yaitu guru besar kemudian hasilnya ditetapkan oleh presiden, mahasiswa tidak dilibatkan sama sekali. Berdasar polling 53,74% mahasiswa setuju dengan mekanisme tersebut. Namun, hal ini kontradiksi dengan jawaban pertanyaan kedua karena 93,42% mahasiswa menginginkan dilibatkan dalam pemilihan rektor bahkan yang lebih kontradiksi lagi dengan pertanyaan pertama adalah hasil temuan untuk jawaban pertanyaan ketiga, 88,43% setuju dalam pemilihan rektor tidak ada campur tangan pihak luar. Inilah pentingnya pemahaman isu bagi responden.
7. Bagaimana sudut pandang dan rumusan pertanyaan yang dipakai?
Hasil polling sangat mudah dipertanyakan validitasnya, karena polling umumnya menanyakan masalah yang kompleks, tetapi ditanyakan secara cepat dan sederhana. Dalam membaca polling tidak cukup terpaku pada jawaban atas pertanyaan, tetapi perlu menilai bagaimana jawaban itu diproduksi lewat sudut pandang tertentu. Misalnya isu mengenai pamswakarsa, masyarakat mungkn setuju dengan kehadiran pamswakarsa jika pertanyaan dikaitkan dengan bentuk pengamanan bagi warga masyarakat. Tetapi tingkat persejutuan itu akan berubah jika kehadiran pamswakarsa tersebut dikaitkan dengan upaya untuk menghentikan demosntrasi mahasiswa. Inilah arti sudut pandang pertanyaan dalam polling.
Rumusan pertanyaan juga membantu dalam memahami temuan polling. Tahun 1992 majalah editor pernah melakukan polling mengenai pengalaman seks pelajar di Jakarta. Polling itu mengklaim menemukan bahwa 41% remaja pernah bersetubuh (berhubungan layaknya suami istri). Mungkin akan terperanjat manakala memabca dengan data ini. Tetapi apakah sesungguhnya pertanyaan yang ditanyakan dalam polling majalah tersebut? Majalah itu menanyakan apakah pengalaman seks yang pernah anda alami? (a) menyenggol/memegang/meraba/membelai bagian tubuh yang peka milik lawan jenis. (b) meraba alat vital lawan jenis. (c) berciuman dengan lawan jenis (d) bersetubu dengan lawan jenis.
Hasil polling dari pertanyaan tersebut untuk responden yang mengaku menyenggol/memegang/meraba/membelai bagian tubuh yang peka milik lawan jenis sebanyak 12%, responden yang mengaku meraba alat vital lawan jenis sebanyak 4%, responden yang mengaku berciuman dengan lawan jenis sebanyak 42%, dan responden yang mengaku bersetubuh dengan lawan jenis 41%.
Betulkah 41% remaja pernah berhubungan seks? Pertanyaan polling editor ini terlalu membebani karena menganggap semua pelajar (minimal semua responden) pernah melakukan seksual. Padahal tidak semua pelajar pernah melakukan hubungan seksual. Lagi pula, dengan bentuk pertanyaan yang seperti itu tentu saja hasilnya akan mencengangkan, karena hanya itu pilihan yang diberikan kepada responden. Responden tidak punya alternatif pilihan lain. Sehingga distribusinya akan mengerucut ke satu atau beberapa pilihan yang ada. Distribusi jawaban itu akan lain jika pertanyaannya, "apakah anda pernah mempunyai pengalaman seks dengan lawan jenis? Ya-tidak. Jika ya, pengalaman seks apa yang pernah anda alami? Dengan pertanyaan seperti ini kemungkinan distribusi jawaban akan berubah. Dari sini dpat dilihat bahwa temuan polling sangat tergantung bagaimana pertanyaan itu disampaikan kepada responden.
8. Bagaimana pengumpulan data dilakukan dan kapan wawancara diselengarakan?
Kita perlu mempertanyakan metode apa yang dipakai dalam wawancara, apakah polling dilakukan lewat surat, telepon ataukah wawancara langsung kepada responden. Polling yang baik bukan memakai seluruh metode tetapi memilih metode yang sesuai dengan tujuan polling. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
Berkaitan dengan polling lewat telepon atau sms di TV atau Radio Yanti Sugarda dari Polling Center mengatakan hal itu adalah polling palsu, sebab pengambilan sampel tidak menggunakan prinsip probabilitas. Senada dengan Yanti Sugarda, Direktur National Opinion Research Center (NORC) mengatakan "polling jenis ini tidak mempunyai nilai apa-apa kecuali sekedar memenuhi rasa ingin tahu saja" hal ini disebabkan anggota masyarakat memilih dirinya sebagai sampel. Sementara itu berkaitan dengan wawancara dan publikasi, publikasi dilakukan waktu isu masih hangat dan sehabis pengumpulan data lewat wawancara selesai.
9. Apakah ada masalah non Attitude?
Masalah tidak berpendapat menjadi penting dalam pelaksanaan polling di Indonesia karena banyak masyarakat yang masih takut dalam menyampaikan pendapatnya. Litbang kompas pernah melakukan polling mengenai kehadiran Komite Independen Pemantau Pemilu. Salah satu item pertanyaan yang ditanyakan adalah, "apakah anda setuju dengan pembentukan KIPP? Distribusi jawaban yang muncul adalah setuju 49,9%, tidak setuju 5,9% dan tidak mau menjawab 7,6%tidak tahu 36,6%. Pemilu taun 1997 yang lalu pilih apa? PPP 1,7 %, golkar 18,5%, PDI 3,8% golput 2,2% , pikir-pikr 20,6% tidak mau menjawab 52,5%
Hasil polling di atas dapat dilihat bahwa lebih dari 50 % tidak mau menjawab ketika diwawancarai atau 43,2% responden tidak tahu dengan KIPP. Angka dalam polling itu harus ditafsirkan bahwa masyarakat dalam kondisi takut untuk berbicara mengenai persoalan-persoalan politik. Hal seperti inilah yang dikatakan masalah non attitude. Dengan adanya masalah non attitude seperti di atas polling tidak akan mampu mengungkap pendapat umum dengan baik, atau akan muncul angka-angka bias.
A. Kesimpulan
Polling merupakan metode yang cepat untuk mengukur pendapat umum, dengan menyebarkan kuisioner orang dapat mengumpulkan pendapat pribadi kemudian menampilkannya sebagai ekspresi pendapat umum. Merebaknya pemilik hp dan telepon menambah semakin meriahnya polling di berbagai media, namun di sisi lain ketidakstandaran penggunaan metodologi polling mengakibatkan munculnya polling palsu. Ada beberapa hal yang perlu masyarakat ketahui agar ketika membaca temuan polling tidak mudah terbuai dengan angka-angka polling antara lain dengan mencemati ;
a. Identitas Sponsor dan Penyelenggara polling
b. Rumusan pertanyaan yang diajukan
c. Populasi dan kerangka sampel yang dipakai untuk mengidentifikasi populasi
d. Prosedur pengambilan sampel
e. Presisi dari temuan polling (estimasi sampling error)
f. Infromasi apakah hasil didasarkan pada sebagian dari sampel ataukah sampel keseluruhan (populasi)
g. Metode, lokasi, dan waktu pengumpulan data
Sementara itu bagi penyelengggara polling dengan mencantumkan beberapa hal diatas akan membantu masyarakat memahami temuan polling dan menyebabkan polling yang diselenggarakannya dapat dipercaya oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djarwanto, Drs. 2001, Statistik Sosial Ekonomi, Yogyakarta, BPFE
2. Eriyanto, 1999, Metodologi Polling memberdayakan Suara rakyat, Bandung Rosda karya
3. Husain, Moh, 2004, Angka Palsu dan Quick Caunt, Suara meredeka, 11 Juli 2004
4. Lembaga Penerangan Pendidikan dan Penelitian Ekonomi Sosial Laporan, 2003, Survai Kandidat Presiden Menjelang Pemilu 2004, Jakarta, CESDA-LP3ES
5. Lembaga Penerangan Pendidikan dan Penelitian Ekonomi Sosial Laporan, 2003, Survai Kandidat Presiden Menjelang Pemilu 2004, Jakarta, CESDA-LP3ES
6. Qodari, Muhammad.2004, Melek "Polling" Pemilu, Kompas 19 Januari 2004
7. Samsul arifin, 2004, Moh. Membaca hasil "Polling" tentang Capres/cawapres, Pikiran rakyat 9 Juni 2004
8. Sugarda, Yanti ,. 2004, Polling Merupakan Alat Untuk Mendengar Suara Rakyat, www. Perspeektif baru. Net
9. Usman, Husaini & Akbar,Purnomo Setiady. 2001,. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara
10. Kompas, 27 maret 1996
11. Solopos, 12 Juli 2004
12. Editor, No 03/thn IV/10 Oktober 1992
13. Balairung, Edisi khusus/thn VIII/1994
LAPORAN PENELITIAN II
Metodologi Penelitian


PENGARUH PENGGUNAAN TELEPON SELULAR PADA ANAK USIA 6-11 TAHUN





Disusun oleh:

Bondan Samudro (1200000217)
Irvan Helmi (1200000527)
Mirta Amalia (1200000667)
Piki Pahlisa (1200000756)
Ratna Kirana (120000081Y)
Yudha Sanyoto (1200001132)




Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia
2003
DAFTAR ISI


DAFTAR ISI i
PERMASALAHAN 1
1. Research Question 1
2. Tujuan Penelitian 1
OPERASIONALISASI PENELITIAN 3
1. Metode Penelitian 3
2. Tahapan Penelitian 4
3. Subyek Penelitian 5
4. Alat Penelitian 7
REFERENSI 9



BAB I
PERMASALAHAN

1. Research Question
Teori behaviorisme menjelaskan bahwa perkembangan perilaku individu selalu mengikuti aturan stimulus – response. Stimulus dapat diartikan sebagai hal yang memicu individu untuk berbuat sesuatu, sedangkan response merupakan reaksi terhadap pemicu/stimulus yang membentuk perilaku. dari individu yang bersangkutan. Dalam melakukan penelitian, teori ini menekankan keobjektifan peneliti dalam melihat perilaku individu yang diamati (responden) yang mana datanya diperoleh dari hasil pengamatan terhadap perasaan, prasangka, selera, pikiran, pengalaman dan pendapat pribadi responden [MOR98]. Kami menjadikan kepemilikan telepon genggam sebagai stimulus dan perilaku anak setelah memiliki telepon genggam sebagai response-nya. Penelitian ini juga akan memperhatikan faktor kondisi/perilaku anak sebelum memiliki telepon genggam.
Dari penjelasan di atas, maka kami menentukan research question dari penelitian ini, yaitu:

Apa pengaruh yang ditimbulkan dari kepemilikan telepon selular pada perilaku anak usia 6 - 11 tahun?

2. Tujuan Penelitian
Perkembangan anak usia 6-11 tahun merupakan bahan pertimbangan kami dalam melaksanakan penelitian ini. Interval usia tersebut merupakan masa dimana seorang anak mengembangkan kemampuan/sifat berikut [ERK03]:
1. Menyusun, membuat dan menyelesaikan sesuatu
2. Menerima perintah/instruksi yang sistematis, seperti halnya pada pengenalan dasar-dasar teknologi
3. Sensitif terhadap sifat kurang percaya diri dan rendah diri terhadap kemampuan/apa yang dimiliki dan statusnya diantara teman-teman sebaya.
4. Menentukan sesuatu yang terkait dengan interaksi sosialnya
Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi perilaku anak usia 6 – 11 tahun setelah memiliki telepon genggam. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya perilaku di sini bersifat bebas dan bersifat unik bagi setiap anak. Sehingga apabila tujuan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, maka akan terdiri dari :
a. Mencari pandangan yang objektif mengenai pengaruh pemakaian telepon selular pada objek penelitian yaitu anak-anak berusia 6-11 tahun
b. Menyelidiki pengaruh pemakaian telepon selular pada perilaku anak-anak, sikap dan reaksi mereka terhadap penggunaan teknologi dalam kehidupan mereka
c. Menyelidiki pengaruh pemakaian telepon selular pada sikap dan pola pergaulan dari anak-anak tersebut


BAB II
OPERASIONALISASI PENELITIAN

1. Metode Penelitian
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa penelitian kami adalah penelitian eksploratif, bukan deskriptif. Sebelum melakukan penelitian eksploratif ini, terlebih dahulu kami menentukan pendekatan metode penelitian seperti apa yang dibutuhkan. Metode penelitian dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu experiment, survey, field research, dan secondary research. Experiment merupakan pendekatan penelitian untuk menyelidiki sebab dari suatu fenomena dengan cara menciptakan dua kondisi yang yang berbeda pada satu objek yang sama, misal menyelidiki apakah penggunaan internet mempengaruhi kinerja seseorang dengan menciptakan dua kondisi yaitu kondisi orang yang bekerja dengan internet dan yang bekerja tanpa internet. Survey merupakan pendekatan penelitian untuk mencari fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dari suatu grup populasi, dengan menggunakan alat seperti kuisioner atau wawancara. Field research merupakan metode penelitian untuk memperoleh informasi dan pengetahuan dari suatu objek secara langsung tanpa perantara, misal meneliti kehidupan suku badui di pedalaman dibandingkan dengan badui yang tinggal di daerah kota dengan cara terjun ke lapangan (seperti tinggal dengan orang badui di pedalaman untuk satu waktu tertentu sambil meneliti kehidupan mereka). Pendekatan yang keempat adalah secondary research, yaitu pendekatan penelitian dengan menggunakan data-data yang sudah ada seperti dokumen tertulis, lukisan, dsb.
Dari keempat definisi yang telah dijelaskan tersebut, kami lebih memilih menggunakan pendekatan survey. Kami mempunyai beberapa alasan, antara lain:
a. Kami ingin melakukan eksplorasi pengaruh yang ditimbulkan dari pemakaian telepon selular terhadap perilaku suatu populasi, yaitu populasi anak berusia 6-11 tahun.
b. Kami lebih fokus satu kondisi, yaitu kondisi anak-anak 6-11 tahun yang menggunakan telepon selular.
c. Untuk memperoleh data-data tidak membutuhkan waktu yang yang lama (tidak seperti field research).
d. Murah, karena untuk penelitian ini kami menggunakan wawancara dan untuk melakukan wawancara tidak membutuhkan alat bantu yang banyak dan mahal, cukup dengan menggunakan kertas.

2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Penentuan Topik Penelitian.
2. Studi Literatur
Pada tahapan ini dilakukan penelaahan literatur berdasarkan topik yang telah ditentukan untuk mendapatkan landasan teori bagi penelitian yang akan dilakukan. Selain itu juga dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini dari topik penelitian.
3. Formulasi Masalah
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi:
 Permasalahan penelitian yang bertujuan untuk meletakkan dasar dalam melakukan penelitian.
 Ruang lingkup penelitian yang bertujuan untuk mentransformasikan topik penelitian ke dalam sesuatu yang bisa dikelola, disesuaikan dengan kemampuan dan batasan-batasan sumber daya yang ada.
 Pertanyaan penelitian yaitu permasalahan penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
 Tujuan penelitian adalah apa yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan.
4. Perancangan Penelitian
Tahapan ini dilakukan sebagai perencanaan untuk mendapatkan kesimpulan dari pertanyaan penelitian yang telah dibuat.
Pada tahapan ini dilakukan:
 Penentuan metode penelitian.
 Penentuan subyek penelitian yang meliputi unit of analysis, populasi, sampel, serta variabel-variabel yang mempengaruhi penelitian.
 Penentuan sampling frame, yaitu cara pengambilan sampel dari populasi yang telah ditentukan, serta teknik sampling yang digunakan.
 Terakhir adalah menentukan metode pengumpulan data serta alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sesuai sehingga dapat memenuhi tujuan penelitian.
5. Pengumpulan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data dari sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan alat penelitian yang telah ditentukan, serta administrasi data sehingga mudah untuk dianalisa.
6. Analisa Data
Pada tahapan ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa dan diolah untuk menjawab pertanyaan penelitian dan memenuhi tujuan penelitian.
7. Kesimpulan
Dari hasil analisa data yang telah dilakukan dalam tahapan sebelumnya, diambil kesimpulan yang bersifat explarotary untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian, yang meliputi unit analisis, populasi, sampel, variabel penelitian, sampling frame serta teknik sampling, dalam penelitian ini adalah:
a. Unit Analisis
Unit analisis adalah suatu unit atau entitas yang hendak diteliti atau dianalisa. Pada penelitian kami, unit analisis yang ditentukan adalah individu anak. Secara khusus, individu anak yang akan diteliti adalah berusia 6 – 11 tahun yang telah memilik telepon selular. Kami akan meneliti masing-masing individu anak sehubungan dengan kepemilikan telepon selular.
b. Populasi
Populasi adalah sekumpulan unit analisis yang menjadi subyek penelitian. Populasi pada penelitian kami adalah anak usia 6 – 11 tahun yang telah menggunakan telepon selular.
c. Sampel
Dalam penelitian ini, salah satu variabel yang digunakan adalah sekolah anak. Kami akan mengambil sampel dari 5 sekolah dasar di Jabotabek, masing-masing sebanyak 2 anak. Dengan sampel anak-anak yang berasal dari sekolah yang berbeda, kami mengharapkan akan dapat menganalisa pengaruh lingkungan sekolah dengan kepemilikan telepon selular pada anak.

d. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu entitas yang dapat memiliki nilai yang berbeda. Terdapat beberapa macam variabel, yaitu dependent variables, independent variables, antecedent variables, intervening variables, controlled variables, uncontrolled variables, qualitative variables, serta quantitative variables.
Pada penelitian kami, variabel-variabel yang kami tentukan antara lain :
1. Dependent variable : perilaku anak (behaviorism).
2. Independent variable : kepemilikan telepon selular.
3. Controlled variable : asal sekolah anak.
e. Sampling Frame
Sampling Frame adalah cara mengambil sampel dari populasi yang telah ditentukan di atas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan sampling frame adalah :
• mendaftar semua kasus atau item.
• menentukan suatu aturan untuk diterapkan pada masing-masing kasus atau item.
• masing-masing kasus dihadapkan pada aturan tersebut untuk menentukan masuk atau tidaknya kasus atau item tersebut dalam sampel penelitian.
Pada penelitian ini kami akan menerapkan langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
• kasus-kasus yang ada dalam populasi penelitian kami adalah semua anak usia 6 - 11 tahun.
• aturan yang akan kami terapkan dalam menentukan sampling frame ini adalah anak usia 6 – 11 tahun dan memiliki telepon selular.
• aturan yang ada kemudian diterapkan pada semua kasus penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa yang masuk ke dalam sampling frame kami anak usia 6 – 11 tahun yang memiliki telepon selular. Sebaliknya, untuk kasus anak usia 6 – 11 tahun yang tidak memiliki telepon selular tidak masuk ke dalam sampling frame ini.

f. Teknik Sampling
Terdapat dua macam teknik sampling, yaitu Probability Sampling dan Non-Probability Sampling. Pada penelitian ini kami menggunakan Non-Probability Sampling. Non-Probability Sampling adalah pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak. Kami memilih untuk menggunakan Nonprobability Sampling karena teknik ini cocok digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif seperti penelitian kami.
Jenis Nonprobability Sampling yang akan kami gunakan adalah Quota Sampling. Dan kami memilih untuk menggunakan Quota Sampling karena dalam penelitian ini kami akan membagi sampel yang kami butuhkan menjadi beberapa kelompok, yaitu berdasarkan sekolah anak.

4. Alat Penelitian
Pemilihan alat penelitian sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik responden. Untuk itu harus diketahui terlebih dahulu karakteristik responden. Dari segi umur yaitu 6 – 11 tahun, responden dinilai masih anak-anak. Sehingga dari pengetahuan ini kami mengambil beberapa asumsi, yaitu:
• Responden sulit untuk berkonsentrasi terhadap formulir
• Responden membutuhkan penjelasan terhadap setiap pertanyaan
• Responden memerlukan stimulus dari pewawancara untuk memberi tanggapan dan tetap berkonsentrasi
Dengan pertimbangan beberapa asumsi diatas, metode penelitian survei dengan wawancara dinilai paling sesuai. Wawancara akan dilakukan secara tatap muka yang mempunyai beberapa keuntungan yaitu pewawancara dapat meningkatkan tingkat kerjasama serta memungkinkan responden mendapat klarifikasi secepatnya [WAK00]. Untuk membangun ketertarikan responden untuk melakukan wawancara, adanya insentif dirasakan perlu.
Wawancara yang dilakukan bersifat semistructure, dimana pewawancara memiliki pedoman dalam melakukan wawancara. Namun, pewawancara tidak membatasi pilihan jawaban dan tidak mendeskripsikan jenis jawaban. Wawancara akan dilakukan dengan open-ended question, hal ini kami lakukan karena sifat dari penelitian yang eksploratif sehingga diharapkan memperoleh penjelasan yang sebanyak-banyaknya.
Untuk mendukung wawancara ini diperlukan alat perekam (merekam wawancara), alat tulis serta alas tulis untuk mencatat beberapa hal penting pada waktu wawancara terjadi.
REFERENSI



[WAK00] Waksberg, J. (2000) What Is a Survey? American Statistical Association. Retrieved November 12, 2003 Web Site : http://www.amstat.org/sections/srms/whatsurvey.html

[ERK03] Erikson, E. (2003). Child Development: Erikson's Latency Stage Retrieved November 12, 2003. Web Site : http://www.childstudy.net/late-erk.html

[MOR98] Moore, J. (1998). Behaviorism Tutorial Part 2: The First Phase of the Behavioral Revolution: Classical S-R Behaviorism. Retrieved November 12, 2003. Web Site : http://psych.athabascau.ca/html/Behaviorism/Part1/sec2.shtm














PAUD

LAMPIRAN 2. CONTOH TABEL MEKANISME KEGIATAN PTM TAP
Perte-muan kegiatan
1 • Orientasi TAP (apa, mengapa dan bagaimana TAP), yang bersumber dari Panduan TAP
• Penjelasan, diskusi, dan penyepakatan skenario kegiatan pembimbingan, termasuk pemberian tugas dan penyerahan tugas TAP
• Berlatih melakukan refleksi serta menemukan, merumuskan, dan menganalisis suatu masalah pembelajaran yang pernah dialaminya
Kerja Mandiri 1: Mahasiswa (1) mempelajari kembali mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK); (2) menemukan permasalahan pembelajaran, merumuskan dan menganalisisnya untuk dibahas pada pertemuan II.
2 • Membahas dan mendiskusikan Tugas Mandiri 1, yang terkait dengan pemahaman substansi PTK serta masalah pembelajaran
• Mahasiswa bersama pembimbing melakukan kajian terhadap materi kurikuler di jenjang pendidikan dasar dan menengah
• Mahasiswa berlatih menganalisis kasus yang dikembangkan oleh pembimbing dengan menentukan:
o Identifikasi masalah
o Menganalisis masalah dengan menemukan kekuatan dan kelemahannya
o Memilih masalah utama penyebab kegagalan atau keberhasilan suatu pembelajaran
o Merumuskan masalah (dalam kalimat pertanyaan atau pernyataan)
Kerja Mandiri 2: Mahasiswa mengembangkan kasus baru
3 • Dengan menggunakan kasus pada Kerja Mandiri 2, mahasiswa mengerjakan Tugas I, yang mencakup:
o Identifikasi masalah
o Analisis masalah dengan menemukan kekuatan dan kelemahannya
o Masalah utama penyebab kegagalan atau keberhasilan suatu pembelajaran
o Rumusan masalah (dalam kalimat pertanyaan atau pernyataan)
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas I
4 • Mahasiswa bersama pembimbing melakukan kajian lanjutan terhadap materi kurikuler di jenjang pendidikan dasar dan menengah
• Berdasarkan kasus dari Kerja Mandiri 2, mahasiswa berlatih merumuskan alternatif pemecahan masalah. Dalam merumuskan alternatif pemecahan masalah, mahasiswa bersama pembimbing membahas alasan mengapa alternatif pemecahan masalah tertentu dipilih dan mengkaitkannya dengan beberapa kajian dari aspek:
 Penguasaan Substansi Kurikulum Sekolah:
 Pemahaman Peserta Didik
 Pembelajaran yang mendidik
 Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan
5 • Dengan menggunakan kasus dari Kerja Mandiri 2 dan hasil tugas I, mahasiswa mengerjakan Tugas II, yaitu:
merumuskan alternatif pemecahan masalah dan menentukan alasan mengapa alternatif pemecahan masalah tertentu dipilih dan mengkaitkannya dengan beberapa kajian/teori dari aspek:
 Penguasaan Substansi Kurikulum Sekolah:
 Pemahaman Peserta Didik
 Pembelajaran yang mendidik
 Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas II
6 • Pembimbing menjelaskan cara memecahkan masalah-masalah pembelajaran dari kasus pembelajaran di SD yang disediakan pembimbing.
• Mahasiswa berlatih dan berdiskusi memecahkan masalah-masalah pembelajaran dari kasus pembelajaran di SD yang disediakan pembimbing.
Kerja Mandiri 3: Mahasiswa ditugaskan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran di SD beserta alasannya bila disajikan kasus pembelajaran berdasarkan penelitian tindakan kelas.
7 • Pembimbing memberikan balikan atas Kerja Mandiri 3
• Mahasiswa mengerjakan Tugas III: memecahkan masalah pembelajaran dengan disediakan kasus pembelajaran di SD.
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas III.
8 • Uji coba mengerjakan contoh soal ujian TAP
• Pembimbing memberikan umpan balik dari hasil uji coba pengerjaan contoh soal ujian TAP
• Pembimbing memberikan orientasi tentang prosedur ujian TAP



PAUD

LAMPIRAN 2. CONTOH TABEL MEKANISME KEGIATAN PTM TAP
Perte-muan kegiatan
1 • Orientasi TAP (apa, mengapa dan bagaimana TAP), yang bersumber dari Panduan TAP
• Penjelasan, diskusi, dan penyepakatan skenario kegiatan pembimbingan, termasuk pemberian tugas dan penyerahan tugas TAP
• Berlatih melakukan refleksi serta menemukan, merumuskan, dan menganalisis suatu masalah pembelajaran yang pernah dialaminya
Kerja Mandiri 1: Mahasiswa (1) mempelajari kembali mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK); (2) menemukan permasalahan pembelajaran, merumuskan dan menganalisisnya untuk dibahas pada pertemuan II.
2 • Membahas dan mendiskusikan Tugas Mandiri 1, yang terkait dengan pemahaman substansi PTK serta masalah pembelajaran
• Mahasiswa bersama pembimbing melakukan kajian terhadap materi kurikuler di jenjang pendidikan dasar dan menengah
• Mahasiswa berlatih menganalisis kasus yang dikembangkan oleh pembimbing dengan menentukan:
o Identifikasi masalah
o Menganalisis masalah dengan menemukan kekuatan dan kelemahannya
o Memilih masalah utama penyebab kegagalan atau keberhasilan suatu pembelajaran
o Merumuskan masalah (dalam kalimat pertanyaan atau pernyataan)
Kerja Mandiri 2: Mahasiswa mengembangkan kasus baru
3 • Dengan menggunakan kasus pada Kerja Mandiri 2, mahasiswa mengerjakan Tugas I, yang mencakup:
o Identifikasi masalah
o Analisis masalah dengan menemukan kekuatan dan kelemahannya
o Masalah utama penyebab kegagalan atau keberhasilan suatu pembelajaran
o Rumusan masalah (dalam kalimat pertanyaan atau pernyataan)
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas I
4 • Mahasiswa bersama pembimbing melakukan kajian lanjutan terhadap materi kurikuler di jenjang pendidikan dasar dan menengah
• Berdasarkan kasus dari Kerja Mandiri 2, mahasiswa berlatih merumuskan alternatif pemecahan masalah. Dalam merumuskan alternatif pemecahan masalah, mahasiswa bersama pembimbing membahas alasan mengapa alternatif pemecahan masalah tertentu dipilih dan mengkaitkannya dengan beberapa kajian dari aspek:
 Penguasaan Substansi Kurikulum Sekolah:
 Pemahaman Peserta Didik
 Pembelajaran yang mendidik
 Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan
5 • Dengan menggunakan kasus dari Kerja Mandiri 2 dan hasil tugas I, mahasiswa mengerjakan Tugas II, yaitu:
merumuskan alternatif pemecahan masalah dan menentukan alasan mengapa alternatif pemecahan masalah tertentu dipilih dan mengkaitkannya dengan beberapa kajian/teori dari aspek:
 Penguasaan Substansi Kurikulum Sekolah:
 Pemahaman Peserta Didik
 Pembelajaran yang mendidik
 Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas II
6 • Pembimbing menjelaskan cara memecahkan masalah-masalah pembelajaran dari kasus pembelajaran di SD yang disediakan pembimbing.
• Mahasiswa berlatih dan berdiskusi memecahkan masalah-masalah pembelajaran dari kasus pembelajaran di SD yang disediakan pembimbing.
Kerja Mandiri 3: Mahasiswa ditugaskan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran di SD beserta alasannya bila disajikan kasus pembelajaran berdasarkan penelitian tindakan kelas.
7 • Pembimbing memberikan balikan atas Kerja Mandiri 3
• Mahasiswa mengerjakan Tugas III: memecahkan masalah pembelajaran dengan disediakan kasus pembelajaran di SD.
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas III.
8 • Uji coba mengerjakan contoh soal ujian TAP
• Pembimbing memberikan umpan balik dari hasil uji coba pengerjaan contoh soal ujian TAP
• Pembimbing memberikan orientasi tentang prosedur ujian TAP



PAUD

LAMPIRAN 5. FORMAT-FORMAT

Rancangan Aktivitas Tutorial (RAT)

Mata Kuliah : ...................................................
Semester : ...................................................
Nama Tutor : ...................................................
Deskripsi Singkat Matakuliah : ......................................................................................................................... .........................................................................................................................
.........................................................................................................................
TIU : .........................................................................................................................
........................................................................................................................
.........................................................................................................................

No Tujuan Instruksional Khusus Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Model Tutorial Estimate Waktu Daftar Pustaka
1 2 3 4 5 6 7
























Satuan Aktivitas Tutorial (SAT)
Kode dan Mata Kuliah : ...................................................
Semester : ...................................................
Nama Tutor : ...................................................
TIU : ...................................................
TIK : ...................................................
Pokok Bahasan : ...................................................
Sub Pokok Bahasan : ...................................................
Model PAT-UT : ...................................................
Pertemuan Ke : ...................................................

Tahap Kegiatan Rincian Kegiatan
Waktu
Keterangan
Tutor Mahasiswa




































































KISI-KISI TUGAS TUTORIAL
KODE DAN NAMA MATA KULIAH/SKS: ..........................................
Tugas Tutorial Ke
Kompetensi Khusus Aspek yang dinilai Jenis Tugas Pelaksanaan di dalam dan di luar Jam Tutorial
K A P uraian Prak-tek Obser-vasi Lain-lain Di dalam Di luar





















Keterangan:
K : Kognitif
A : Afektif
P : Psikomotor
*) Tutor boleh memilih salah satu.
LEMBAR PENULISAN BUTIR SOAL URAIAN
Fakultas : .............................................
Program Studi : .............................................
Kode/Nama MK : .............................................
Penulis Soal/Institusi : .............................................
Penelaah Soal//Institusi : .............................................
Tahun Penulisan : .............................................
Tugas ke : .............................................
Skor Maks. : .............................................


Kompetensi Khusus:






Kasus Pembelajaran/Tugas dan Pertanyaan


































































....................., .......................
Penelaah Penulis,




..................................
NIP. ..........................



..................................
NIP. ..........................
LEMBAR PEDOMAN PENSKORAN SOAL URAIAN
Fakultas : ...................................................
Program Studi : ...................................................
Kode/Nama MK : ...................................................
Penulis Pedoman Penskoran/Institusi : .........................................
Penelaah Pedoman Penskoran /Institusi : ..........................................
Masa Ujian : ..........................................
Tugas Ke : ..........................................
Skor Maks : ..........................................

No. Aspek/Konsep yang dinilai
Skor





































































































Skor maksimal

....................., .......................
Penelaah Penulis,




..................................
NIP. ..........................



..................................
NIP. ..........................

















































PAUD

Kasus Pembelajaran 1
Ibu Herlina seorang guru yang mengajar di SD Bunga Bangsa yang berlokasi pinggiran kota Jakarta. Bu Herlina mengajar di kelas VI. Pada hari itu, Bu Herlina menyajikan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pembelajaran tersebut siswa diharapkan dapat menjelaskan isi puisi. Kompetensi atau tujuan pembelajaran tersebut diangkat oleh Bu Herlina dari kurikulum yang berlaku.
Setelah menenangkan kelas dan menginformasikan tujuan pembelajaran kepada para siswa, Bu Herlina memasang poster yang berisi puisi di papan tulis. Berikut ini puisi yang dipasang Bu Herlina di papan tulis.
Doa Seorang Tukang Becak
oleh: Anita
Tuhanku yang maha kuasa
Tuhanku yang maha pemurah
Tuhanku yang maha penyayang
Kabulkan doaku ini
Permintaanku tidak banyak
Hanya:
Berikanlah rahmat perlindunganMu kepadaku
Agar besok becakku tidak ditangkap
Sebab bila becakku tertangkap
Anak istriku makan apa?
Semoga Kau mengabulkan doaku ini.
Amin.

Setelah itu Bu Herlina melaksanakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada para siswa sebagai berikut. “Siapa diantara kalian yang suka naik becak? Siapa yang punya pengalaman naik becak? Bagaimana menurut kamu seorang tukang becak itu?” Pada kegiatan ini Bu Herlina berusaha mendekatkan atau memperkenalkan siswa pada kehidupan seorang tukang becak. Siswa kelihatan antusias mendengarkan Bu Herlina menerangkan suka duka kehidupan tukang becak.
“Itu puisi tentang tukang becak kan Bu?” Tanya Kiki, salah seorang anak yang paling aktif di kelas itu. “Iya, ini puisi tentang doa seorang tukang becak” Jawab Bu Herlina. “Disalin ya Bu?” Tanya Kiki lagi. “Jangan disalin dulu. Kalian baca terlebih dulu, pahami isinya, kalau ada kata yang tidak dimengerti maksudnya boleh kalian tanyakan.” Kata Bu Herlina.
“Gampang Bu, isinya kan tukang becak yang sedang meminta atau berdoa kepada Tuhan.” Kata Lala, seolah menunjukkan kemampuannya kepada bu guru. Belum sempat Bu Lina (panggilan terhadap Bu Herlina) merespon tuturan Lala, Adrian telah meresponnya terlebih dulu. “Sok pinter kamu.” “Emang, tanya aja sama Bu guru, Iya kan Bu tukang becak yang sedang berdoa?” Lala langsung menanggapi olok-olok Andrian. Suasana kelas menjadi riuh.
“Sudah-sudah jangan ribut. Baca dalam hati puisi ini, silakan tanyakan kalau ada yang tidak dimengerti.” Ujar Bu Lina agak keras sambil menahan marah, karena sebagian siswa ingin mengutarakan pikirannya sendiri. Akhirnya para siswa terdiam dan mulai membaca puisi tersebut, walaupun masih ada siswa yang membacanya dengan bersuara.
“Bagaimana, Sudah selesai?” Tanya Bu Lina. “Sudah Bu, sekarang ditulis ya Bu?” Tanya beberapa orang siswa. “Nanti saja menulisnya. Ibu minta Titin ke depan, baca puisi dengan judul Doa Seorang Tukang Becak ini dengan baik!” Ada sebagian anak yang takut disuruh ke depan tetapi ada juga yang mengajukan diri seperti Lala dan Lodi.
Titin membaca puisi tersebut sambil menghadap ke papan tulis. “Menghadap sini dong membacanya!” Pinta Andika. “Nggak hapal tahu” Balas Titin. Setelah Titin, Bu Herlina meminta dua orang siswa lagi membacakan puisi tersebut. Ketika siswa kedua membacakan puisi tersebut, Leo berujar “Bu nggak enak, mukanya gak keliatan” “Iya Bu” Ujar siswa yang lain.
Setelah tiga orang siswa membacakan puisi tersebut di depan kelas, akhirnya Bu Herlina meminta siswa menyalin puisi tersebut. “Ibu beri waktu tiga menit.” Kata Bu Herlina.
Setelah selesai menyalin puisi, Kiki maju ke depan kelas sambil membawa catatannya “Bu, saya baca ya Bu.” Tanpa disuruh terlebih dulu oleh Bu Herlina, Kiki membaca puisi tersebut dengan suara keras. Tetapi selesai Kiki membaca puisi, sebagian besar siswa mencemooh Kiki. “Whuuuu ... .” Pembacaan puisi Kiki memang sama sekali tidak indah. Kiki membaca puisi seperti membaca wacana biasa (nonsastra). Tiga puluh menit pun (1 jam pelajaran) telah berlalu. Akhirnya Bu Herlina menghentikan pembacaan puisi di depan kelas tersebut.
Kalian ini bagaimana, tidak pernah bisa tenang. Kalau mau membaca puisi pahami dulu isinya, dihayati, baru dibacakan dengan penjiwaan. “Penjiwaan bagaimana sih Bu?” Tanya Andre. “Makanya bisa tenang tidak? Bagaimana kalian bisa mengerti kalau ribut terus.” “Tau nih Kiki.” Ujar Leo. “Eh enak aja, kamu tuh yang comel” “Sudah-sudah, masih tidak diam juga.” Bu Lina memperingati siswa dengan suara keras.
Sekarang duduk yang tenang, tidak boleh ada yang ribut. Ibu akan memberikan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan isi puisi ini dan tidak boleh bekerja sama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Ibu berikan ini. Bu Herlina melepas poster puisi dari papan tulis dan menggantinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditulisnya di papan tulis sebagai berikut.
1. Siapa pengarang puisi Doa Seorang Tukang Becak?
2. Apa isi doa abang becak?
3. Sebutkan sifat-sifat Tuhan?
4. Siapakah yang berdoa dalam puisi tersebut?
5. Menurut puisi itu, hidup abang becak itu susah apa enak?

Siswa menjawab soal-soal tersebut tanpa kesulitan. Tepat bel istirahat berbunyi para siswa pun selesai menjawab soal-soal itu. Bu Herlina mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dan menyelesaikan pembelajaran tanpa sempat menutup pelajaran, karena siswa telah ribut ingin cepat beristirahat.

Petunjuk
Analisislah kasus pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut dengan memperhatikan kompetensi yang diharapkan, langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan, dan cara Bu Herlina melaksanakan pembelajaran, kemudian jawablah soal-soal berikut ini.

Pertanyaan
No Pertanyaan skor
1 a. Berdasarkan kompetensi yang diharapkan, keterampilan berbahasa apa sajakah yang akan diperoleh siswa setelah proses pembelajaran selesai 8
b. Berikan alasan atas jawaban Anda!
2 a. Identifikasilah 2 masalah pembelajaran yang muncul di kelas Bu Herlina dan berikan alternatif pemecahan masalah tersebut. 16
b. Jika dilihat dari aspek evaluasi (tes) apakah soal-soal yang diberikan Bu Herlina sudah dapat mengukur kompetensi siswa? Berikan alasan atas pendapat Anda, dan berikan pula 1 (satu) contoh soal yang tepat untuk mengukur kompetensi siswa.
3 Susunlah sebuah rencana pembelajaran lengkap untuk mencapai
kompetensi siswa dapat menjelaskan isi puisi secara tertulis. Rencana pembelajaran mencakup: 24
a. Indentitas RP, media dan sumber, metode, kompetensi
b. Kegiatan awal
c. Kegiatan inti
d. Kegiatan akhir
e. Pengesahan

Kasus Pembelajaran 2.
Pada pelaksanaan pembelajaran tentang gaya listrik statis di kelas IV di suatu SD, Pak Imron membawa alat peraga sederhana yaitu sebanyak 10 buah balon dengan ukuran sama, benang, dan kain wol untuk kegiatan percobaan secara kelompok.
Pada saat masuk kelas terjadi dialog antara Pak Imron dan siswa sebagai berikut:
Pak Imron : “Selamat siang”,
Siswa : ”Siang Pak”.

Kemudian Pak Imron berjalan menuju meja guru, dan duduk. Pak Imron memulai pembelajaran dengan melemparkan pertanyaan

Pak Imron : Apakah kalian pernah mencoba menggosok-gosok penggaris ke rambut dan kemudian didekatkan pada potongan kertas. Coba kalian pikirkan kira-kira apa yang terjadi?
Abi : ” Kertas ditarik oleh penggaris”
Budi : ” Tidak terjadi apa-apa Pak”
Ratih : ”Penggaris terasa panas”
Pak Imron : ”Ada pendapat lain”?

Anak-anak diam. Tidak ada yang menjawab.

Pak Imron : ”Abi tadi mengatakan bahwa kertas ditarik oleh penggaris. Coba pikirkan mengapa itu terjadi”

Suasana kelas diam sejenak, tidak lama kemudian anak-anak menjadi ribut, sambil memberikan jawaban. Jawaban yang diberikan siswa ada yang benar dan ada juga yang salah. Pak Imron hanya mengomentari jawaban siswa yang benar saja, sedangkan jawaban siswa yang salah tidak dikomentari. Pak Imron tidak memberikan penegasan terhadap jawaban yang benar dan tidak memuji siswa yang menjawab benar.

Pak Imron : Hari ini kita akan mempelajari tentang gaya listrik statis. Sebelum kalian melakukan percobaan, perhatikan langkah-langkah pelaksanaan percobaan yang ada dalam LKS dan tugas yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok.

Pak Imron membagi siswa ke dalam lima kelompok. Siswa melakukan percobaan berdasarkan LKS yang dibagikan Pak Imron kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk mencatat apa yang terjadi jika permukaan balon digosok-gosok dengan kain wol, kemudian kedua balon diikat dengan benang lalu kedua balon tersebut didekatkan. Apakah kedua balon tersebut akan saling mendekat atau menjauh. Setelah membagi kelompok, Pak Imron kembali duduk dan tidak berkeliling ke kelompok-kelompok untuk memberikan penjelasan bagi kelompok yang memerlukan bantuan. Pada akhir kegiatan siswa diminta untuk melaporkan hasil percobaan di depan kelas.


No
Pertanyaan
skor
4 a. Jelaskan 4 kelebihan dan 4 kelemahan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Imron. 24
b. Berikan minimal 4 langkah-langkah atau upaya untuk mengatasi kelemahan yang dilakukan Pak Imron
c. Menurut Anda, apakah pertanyaan yang diajukan Pak Imron cukup efektif bila ditinjau dari komponen keterampilan bertanya yaitu: pemberian acuan, pemindahan giliran, dan penyebaran pertanyaan. Jelaskan jawaban Anda!
d. Deskripsikan 3 kegiatan yang menunjukkan keterampilan proses yang ditanamkan Pak Imron kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
5 Bila Anda akan mengajarkan konsep gaya listrik statis kepada siswa, coba Anda buat rencana pembelajarannya, yang mencakup: 28
a. Tujuan Pembelajaran Khusus (3 TPK yang ranah kognitif ingatan, pemahaman, dan penerapan).
b. Kegiatan Belajar Mengajar (kegiatan awal, inti dan akhir)
c. Evaluasi sesuai TPK (susunlah 3 butir soal dalam bentuk tes uraian yang sesuai dengan TPK yang dikembangkan pada butir 5a).




PEDOMAN PENSKORAN

No. Soal Aspek yang Dinilai Skor
1a Pada rumusan kompetensi tersirat kemampuan/keterampilan berbicara dan menulis.
2 2 4

1b Karena menjelaskan isi puisi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis
2 2 4
jumlah skor no. 1 = 8
2a Alternatif pemecahan masalah pembelajaran.
Masalah Pembelajaran Alternatif pemecahan masalah
Para siswa sering ribut atau tidak tenang dalam belajar 1. Guru menenangkan siswa terlebih dulu, lalu dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran secara jelas dan tegas.
2. Guru membuat aturan tentang disiplin kelas yang jelas dan disepakati bersama antara guru dengan siswa
Siswa membaca puisi tidak dengan penjiwaan/penghayatan 3. Siswa diberi kesempatan menguasai/memahami isi puisi dan berlatih membacakan puisi dengan lafal dan pengahayatan yang baik.
4. Guru memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana cara membaca puisi yang baik dan benar
Siswa yang membaca puisi di depan kelas membelakangi teman-temannya. 5. Siswa diminta menyalin puisi terlebih dahulu baru kemudian membaca puisi di depan kelas.
6. Siswa membaca puisi dari buku yang dimiliki guru atau salinan puisi
Pembelajaran tidak dapat diselesaikan (Bu Herlina tidak sempat menutup pelajaran) 7. Guru harus menyusun rencana pembelajaran lebih baik.
8. Pada saat kegiatan pembelajaran, guru harus mengacu pada pembagian waktu yang sudah direncanakan untuk setiap tahapan kegiatan pembelajaran

Jawaban mahasiswa berupa 2 dari jawaban yang tersedia. Setiap masalah pembelajaran benar dinilai 2, alternatif pemecahan masalah benar dan sesuai dengan 2 masalah yang teridentifikasi diberi skor 2. 8
2b. Soal yang dibuat Bu Herlina belum dapat mengukur kompetensi siswa.

Alasan:
Karena, soal yang dibuat Bu Herlina hanya mengukur ranah ingatan saja, sedangkan kompetensi yang harus dicapai siswa bersifat pemahaman dan apresiatif. Cara mengukur kompetensi siswa yang tepat adalah dengan meminta siswa untuk menjelaskan isi puisi secara lisan dan/atau secara tertulis.

Contoh soalnya:
”Jelaskan/ceritakan isi puisi Doa seorang Tukang becak dengan menggunakan bahasa kamu sendiri”. 2


4




2
jumlah skor no. 2 = 16
3a. Identitas RP:
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : VI/I
Waktu : 2 Jam pelajaran (2 x 35 menit)

Media : Kaset, poster puisi
Sumber : Buku Kumpulan puisi
Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan
Kompetensi : Siswa dapat menjelaskan isi puisi secara tertulis. 1




1
1
1
1

3b. Kegiatan Awal
1. Mengondisikan kelas (membagi siswa menjadi beberapa kelompok).
2. Menginformasikan tujuan dan materi pembelajaran.
3. Mengarahkan siswa pada pengalaman belajar yang akan
dilakukan (menginformasikan langkah-langkah kegiatan belajar).
4. Melaksanakan apersepsi yang berkaitan dengan materi pelajaran
Puisi (Doa Seorang Tukang Becak).
(Mahasiswa menuliskan 3 langkah kegiatan awal. Setiap langkah benar diberi skor 2) 6
3c. Kegiatan Inti
1. Siswa membaca puisi yang terdapat dalam poster/salinan/fotocopi) Doa Seorang Tukang Becak dalam hati untuk memahami dan menguasai isi puisi.
2. Memberi contoh atau memperdengarkan puisi melalui kaset atau meminta salah seorang siswa membacakan puisi tersebut.
3. Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang berkenaan dengan materi pelajaran/puisi.
4. Meminta siswa mendiskusikan isi puisi.
5. Meminta siswa menjelaskan isi puisi secara lisan.
6. Berlatih membacakan puisi dengan baik.
(Mahasiswa menuliskan 4 langkah kegiatan inti. Langkah yang benar apabila ada penggunaan media, ada tanya jawab dan diskusi, ada berlatih membacakan puisi, serta ada penugasan. Setiap langkah benar diberi skor 2) 8
3d. Kegiaan Akhir
1) Melaksanakan evaluasi dengan cara meminta siswa menjelaskan isi puisi secara tertulis.

Menutup pelajaran
2) memberi umpan balik
3) memberi pengukuhan
4) melakukan tindak lanjut
(Mahasiswa menuliskan memberikan evaluasi diberi skor 2, menuliskan 2 langkah menutup pelajaran benar masing-masing diberi skor 1) 4
3e. Mengetahui Jakarta, 5 Juli 2007
Kepala Sekolah Guru Kelas VI


Karta Atmaja Herlina 1
jumlah skor nomor 3 = 24
4a. Kelebihan Pembelajaran Pak Imron
Kegiatan awal:
1) Ada pertanyaan pengantar yang berkaitan dengan konsep gaya listrik statis sebelum masuk ke materi muatan listrik untuk menggali pengetahuan awal siswa.
2) Menyampaikan topik pembelajaran
3) Memotivasi dan menarik minat siswa dengan pertanyaan yang menantang untuk berpikir dan sesuai dengan topik yang dipelajari.
Kegiatan Inti:
1) Guru mengajak siswa melakukan percobaan secara berkelompok.
2) Guru menggunakan media atau alat peraga dalam pembelajaran.
3) Guru menyiapkan LKS untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan secara berkelompok.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaporkan hasil percobaannya di depan kelas
(Jawaban mahasiswa dapat berupa 4 dari 7 yang tersedia)

Kelemahan Pembelajaran Pak Imron
Kegiatan awal:
1) Tidak menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Tidak menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam mempelajari materi gaya listrik statis
3) Guru tidak memberikan penguatan kepada siswa yang menjawab benar
Kegiatan inti:
1) Guru sama sekali tidak menjelaskan tentang konsep gaya listrik statis
2) Ketika siswa bekerja kelompok, guru hanya duduk di mejanya
3) Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengomentari laporan kelompok lain
4) Guru tidak memberikan balikan terhadap hasil presentasi siswa di depan kelas
Kegiatan akhir:
1) Guru tidak mendorong siswa untuk membuat kesimpulan akhir dari hasil percobaan kelompok
2) Guru tidak mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran yang diharapkan atau guru tidak memberikan tes formatif
3) Guru tidak memberikan tugas atau menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya
(Jawaban mahasiswa dapat berupa 4 dari 9 yang tersedia) 4















4
4b. Langkah-langkah atau upaya untuk mengatasi kelemahan yang dilakukan Pak Imron adalah:

Kegiatan awal:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tentang gaya listrik statis
2) Guru menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran
3) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang menjawab benar

Kegiatan inti:
1) Guru menjelaskan tentang konsep gaya listrik statis
2) Guru memberikan respon/balikan terhadap hasil kerja kelompok
3) Guru selalu memotivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara melakukan supervisi/mengontrol saat siswa melakukan kerja kelompok/individu
4) Siswa diberi kesempatan untuk mengomentari laporan kelompok lain

Kegiatan akhir:
1) guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan laporan kelompok yang diberikan siswa
2) Guru mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran tentang gaya listrik statis dengan cara memberikan evaluasi formatif
3) Guru memberikan tugas untuk memantapkan pemahaman siswa tentang topik gaya listrik statis atau tugas untuk pertemuan berikutnya.
(Jawaban mahasiswa berupa 4 dari jawaban yang tersedia) 4
4c. Pertanyaan yang diajukan guru ditinjau dari komponen keterampilan bertanya:
1) Dari segi pemberian acuan, pertanyaan guru cukup efektif karena siswa dapat menjawab pertanyaan guru
2) Dari segi pemindahan giliran, pertanyaan cukup efektif karena menantang beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan yang sama.
3) Dari segi penyebaran pertanyaan kurang efektif karena pertanyaan yang diajukan guru dijawab oleh siswa yang aktif saja, guru tidak meminta siswa yang pasif untuk menjawab.
2



2


2
4d. 3 kegiatan yang menunjukkan keterampilan proses yang ditanamkan Pak Imron kepada siswanya dalam kegiatan pembelajaran tersebut adalah:
1) guru meminta siswa menganalisis dan memprediksi apa yang akan terjadi bila penggaris digosok-gosokkan ke penggaris, lalu didekatkan pada potongan kertas
2) Guru meminta siswa untuk melakukan percobaan dan mengamati prosesnya
3) Guru meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan terhadap percobaan yang dilakukan 6
jumlah skor nomor 4 = 24
5a. 3 Tujuan Pembelajaran khusus untuk topik gaya listrik statis yang diarahkan untuk mengukur ranah kognitif ingatan, pemahaman, dan penerapan adalah:
1) Siswa dapat menyebutkan definisi gaya listrik statis.
2) Siswa dapat menjelaskan peristiwa terjadinya gaya listrik statis dari suatu benda yang digosok.
3) Siswa dapat memberikan contoh terjadinya peristiwa gaya listrik statis yang lain (selain yang telah dicobakan).
(Jawaban mahasiswa dapat berbeda dengan jawaban di atas asalkan relevan dengan topik gaya listrik statis dan mengukur tiga TPK pada ranah kognitif ingatan, pemahaman, dan penerapan). 3
5b. Kegiatan pembelajaran yang dapat dirancang untuk membelajarkan topik gaya listrik statis adalah:
Kegiatan awal :
1) Tanya jawab tentang materi sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang dipelajari.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru menuliskan di papan tulis topik materi yang diajarkan.
4) Tanya jawab yang berkaitan dengan konsep gaya listrik statis sebelum masuk ke materi muatan listrik untuk menggali pengetahuan awal siswa.
5) Guru mengungkapkan fenomena melalui percobaan pendahuluan disertai tanya jawab.
6) Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut
(Jawaban mahasiswa minimal 3 langkah kegiatan awal. Jawaban dapat diluar jawaban di atas, asal mencakup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan awal)

Kegiatan inti :
1) Dua orang siswa ke depan kelas melakukan demonstrasi, siswa lain memperhatikan.
2) Tanya jawab tentang peragaan mengapa penggaris plastik setelah digosok-gosokan pada rambut dapat menarik serpihan kertas.
3) Guru memberikan penjelasan dari jawaban siswa untuk memperkenalkan istilah gaya listrik statis.
4) Mengajukan pertanyaan selain penggaris plastik apakah benda lain seperti balon dapat menarik serpihan kertas.
5) Membagi siswa dalam beberapa kelompok dan membagikan LKS kepada setiap kelompok.
6) Kerja kelompok dengan alat-alat yang sudah dipersiapkan.
7) Melakukan percobaan dan pengamatan dengan menggunakan alat-alat yang disiapkan untuk menunjukkan adanya gaya listrik statis.
8) Memfasilitasi/mensupervisi/mengontrol kegiatan siswa dalam kelompok sehingga dapat berjalan dengan baik.
9) Meminta setiap kelompok untuk mengkomunikasikan/melaporkan hasil percobaan yang diwakili oleh salah satu dari anggota kelompok, dan kelompok lain serta guru menanggapi hasil laporan yang dipresentasikan tersebut.
(Jawaban mahasiswa minimal 4 langkah kegiatan inti. Langkah yang benar apabila ada kegiatan percobaan/pengamatan, penjelasan guru, presentasi laporan, diskusi dan tanya jawab. Jawaban dapat diluar jawaban di atas, asal mencakup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan inti)

Kegiatan Akhir :
1) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dari setiap kelompok
2) Guru melakukan evaluasi berupa pemberian tes tertulis.
3) Guru memberikan tugas untuk memantapkan pemahaman siswa tentang listrik statis dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
(Jawaban mahasiswa minimal 3 langkah kegiatan akhir. Langkah yang benar apabila ada kegiatan merangkum/menyimpulkan, pemberian tes formatif, memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya. Jawaban dapat diluar jawaban di atas, asal mencakup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan akhir)
6















8

























5c. Soal essay yang mengukur 3 TPK pada ranah kognitif ingatan, pemahaman, dan penerapan

1) Sebutkan definisi gaya listrik statis
2) Jelaskan proses terjadinya gaya listrik statis dari suatu benda yang digosok
3) Berikan contoh terjadinya peristiwa gaya listrik statis pada benda selain benda yang digunakan dalam percobaan
(Jawaban mahasiswa dapat berbeda dengan jawaban di atas, asalkan sesuai dengan TPK dan mengukur 3 ranah ingatan, pemahaman, dan penerapan) 6
jumlah skor nomor 5 = 28
skor maksimal 1 - 5 100







PAUD

LAMPIRAN 3. CONTOH TUGAS III

Petunjuk: Jawablah soal-soal berikut dengan singkat dan jelas.

Kasus Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bu Ratih adalah guru kelas IV SD Tiara Bangsa. Pada jam pelajaran terakhir, ia mengajar bahasa Indonesia. Pada kesempatan pelajaran bahasa Indonesia yang lalu, ia telah memberikan sebuah artikel singkat (setengah halaman atau kira-kira 250 kata) tentang kerusakan lingkungan di Kalimantan dari sebuah majalah. Tugas yang diberikan kepada siswa adalah menghafal dengan baik agar mereka nanti mampu mengungkapkannya kembali dengan menggunakan kata-katanya sendiri sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Inti dari artikel tersebut adalah tentang penyebab dan dampak kerusakan lingkungan bagi kelangsungan hidup siswa. Pelajaran hari itu dimulai bu Ratih dengan mengingatkan siswa tentang tugas minggu yang lalu, yaitu semua siswa diharapkan maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali tentang isi artikel yang sudah diberikan minggu lalu. Bu Ratih bertanya :”anak-anak siapa yang sudah hafal dan mengerti tentang cerita yang ibu berikan minggu lalu?”.
Mula-mula bu Ratih hanya menunjuk pada siswa yang mengangkat tangannya pada saat ia menanyakan “siapa yang bersedia maju ke depan untuk bercerita?”. Ada tiga orang anak yang mengangkat tangannya, dan semuanya telah diberi kesempatan untuk bercerita di depan kelas. Rata-rata ketiga anak tersebut mampu melalukan tugasnya dengan baik. Bu Ratih memberi komentar “bagus sekali Budi, kamu pasti belajar tadi malam” dan baik sekali Siti, kamu rupanya mengerti masalah lingkungan selanjutnya “aduh Totok, lancar sekali kamu menceritakan tentang lingkungan” dan seterusnya.
Pada tahap kedua, ada tiga anak lagi yang mengangkat tangannya walaupun terlihat agak ragu-ragu mereka bersedia maju ke depan kelas. Kelompok ini mampu bercerita, walau kadang-kadang masih perlu dibantu. Misalnya “apa akibat dari penebangan hutan? Dan apa dampak penggundulan hutan terhadap lingkungan hidup? Dan seterusnya.
Untuk selanjutnya, bu Ratih terus menunjuk siswa atau bertanya siapa yang bersedia maju ke depan. Siswa satu per satu maju untuk bercerita di depan kelas, mereka hanya mampu menyebutkan beberapa kalimat, kemudian meminta izin untuk duduk dengan alasan belum hafal. Bu Ratih memberi peringatan kepada murid-muridnya agar jangan rebut dan tidak menganggu temannya yang sedang mendapat giliran.
Pada saat tersebut, kelas sudah mulai gaduh, karena sebagian anak sudah mendapat giliran, sedangkan yang mendapat giliran terus diganggu oleh teman-temannya. Ada yang ngobrol ada yang bercanda dan main dorong-dorongan, ada pula yang mengejek teman di depan. Pada saat yang sama ada guru kelas lain lewat di depan kelas, bu Ratih yang berdiri di dekat pintu menegur guru tersebut dan berdua mengobrol.
Setelah pelajaran bahasa Indonesia selesai, “baik anak-anak, cukup sampai di sini dulu pelajaran bahasa Indonesia, lain kali harus dapat mengungkapkan suatu masalah dengan lebih baik. Sekarang ibu akan mendiktekan PR untuk dikumpulkan hari selasa minggu depan. Kemudian Bu ratih mendiktekan PR bagi siswa-siswanya yaitu membuat karangan tentang bencana Tzunami. Ketika Bu ratih sedang mendiktekan, banyak siswa yang minta diulang karena tidak jelas. Kemudian bu ratih mencata di papan tulis tentang persyaratannya yaitu minimal jumlah kata, aspek yang perlu dibahas, teknik penulisan ukuran dan jenis kertas, dan setersunya. Pada saat menulai di papan terlihat tulisan bu Ratih kurang jelas, karena itu pula bu Ratih menanbahkan pada bagian-bagian pada papan tulis yang masih kosong sehingga sangat menyulitkan siswa untuk melihat urutan tugas yang akan mereka kerjakan. Akibatnya kelas gaduh dan siswa banyak yang maju ke depan, selanjutnya terpaksa bu Ratih menjelaskan kembali.
Akhirnya setelah siswa selesai mencatat PR mereka berpamitan untuk pulang. Bu Ratih juga bergegas keluar ruangan tanpa membereskan ruangannya.

Pertanyaan.
1. Ditinjau dari aspek pengajaran bahasa Indonesia, identifikasi masalah prosedur pembelajaran yang terjadi di kelas bu Ratih
2. Berdasarkan paparan kasus di atas, apakah bu Ratih benar-benar telah memperhatikan kemampuan/keterampilan yang dapat dicapai siswa dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar? Jelaskan jawaban anda
3. Bagaimana dengan penggunaan alat bantu pembelajaran yang digunakan bu Ratih di kelas (papan tulis, kapur, penghapus). Hal apa yang perlu diperbaiki dan jelaskan cara memperbaikinya
4. Bagaimana dengan perilaku bu Ratih pada saat akhir pelajaran bagaimana seharusnya
5. Sebagai guru kelas, jika anda akan mengajar bahasa Indonesia, cobalah buat rancangan langkah-langkah pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan (kegiatan awal, inti dan akhir) dan cara penilaiannya. Berikan alasan untuk setiap langkah.
6

4


2


2
10

Kasus Pembelajaran IPA
Pelajaran pertama pada hari selasa di kelas V SD adalah IPA. Seluruh siswa sudah masuk kelas dan tidak lama kemudian bu Titi masuk kelas. Setelah anak-anak memberi salam, bu Titi mulai membuka pelajaran.”anak-anak, siapkan buku catatan dan pulpen” tegas bu Titi. ”semua sudah siap? Tanya bu Titi. ”siap bu” jawab anak-anak serentak. “sekarang ibu akan memberi tugas pada kalian. Tugasnya adalah mengamati lingkungan yang ada di belakang kelas selama 5 menit. Kemudian kalian mencatat benda apa saja yang kalian lihat dan temukan, paling sedikit 5 dan paling banyak 10. “ada pertanyaan ?” Tanya bu Titi. “ada bu, yang dicatat benda hidup atau benda mati?’ tanya Eko. “dapat kedua-duanya” jawab bu Titi. ”sekarang silahkan kalian keluar. Semua anak bergegas ke belakang kelas sementara bu Titi tetap berada di kelas. 7 menit kemudian 1 per 1 anak-anak masuk kelas. Setelah semua duduk, bu Titi bertanya pada seorang anak.
Dina, coba bacakan benda apa saja yang sempat kamu temukan tadi”. Belalang, kapur, botol aqua, bunga, batu bata, gerobak, jelas Dina. “eko, coba kamu sebutkan hasil temuannya” tunjuk bu Titi. Eko menyebutnya 1 per 1, ada cacing, sampah, batu bata, pohon pisang, gundukan pasir, tukang batu, cangkul. “hasil temuan kalian cukup bagus” tegas bu Titi. Sekarang hasil temuan kalian dikelompokan dalam 2 kelompok yaitu makhluk hidup dan makhluk tak hidup. “siapa yang sudah selesai” Tanya bu Titi kemudian. Selanjutnya bu Titi meminta Dudit untuk membacakan hasil pekerjaannya. ‘yang termasuk makhluk hidup adalah cacing, pohon pisang, ayam, dan yang termasuk makhluk tak hidup adalah batu bata, sampah, botol aqua, kayu, sepeda “ jelas Dudit. “hasil kerjamu bagus sekali Dudit” tegas bu Titi. Kemudian bu Titi meminta dua orang lainnya untuk menyebutkan hasil pengelompokannya. “nah, anak-anak kalian sudah melihat keadaan alam di sekitar kehidupan kita, isinya ada yang termasuk makhluk hidup dan ada maskhluk tak hidup.”, jelas bu Titi. “sampai di sini ada yang merasa kesulitan membedakan makhluk hidiup dan makhluk tak hidup?” tanya bu Titi. Karena tidak ada satu pun siswa yang bertanya, bu Titi melanjutkan kegiatan pembelajaran selanjutnya yaitu membagi siswa ke dalam 5 kelompok
Tugas kelompok adalah mendiskusikan perbedaan antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Paling sedikit setiap kelompok harus menemukan 4 ciri makhluk hidup. Waktu diskusi 15 menit, hasil diskusi ditulis dalam selembar kertas.
Selama diskusi bu Titi sibuk menulis di mejanya. Selesai diskusi, bu Titi meminta hasil diskusi dilaporkan. Caranya hasil diskusi kelompok ditukar dan dibacakan oleh kelompok lain. Selanjutnya bu Titi menelaah dan membahas 1 per 1 ciri-ciri makhluk hidup hasil laporan yang dibacakan wakil kelompok. Dengan demikian semua siswa mengetahui hasil diskusi yang benar. Dari seluruh hasil diskusi ditemukan 6 ciri makhluk hidup. Namun menurut bu Titi mengakhiri pelajaran dengan memberi tugas kepada siswa untuk menemukan ciri-ciri lain makhluk hidup. Sebagai bahan yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Pertanyaan:
1. Identifikasi 3 kegiatan yang ditugaskan guru kepada siswa. Beri penjelasan apa peran kegiatan tersebut dalam rangka menciptakan proses pembelajaran yang efektif.
2. Tentukan satu kegiatan yang belum baik dilakukan oleh bu Titi selama proses pembelajaran. Beri alasan berdasarkan teori yang anda ketahui.
3. Jika Anda akan memperbaiki pembelajaran yang dilakukan Bu Titi menggunakan kerangka penelitian tindakan kelas, maka tentukan:
a. Identifikasi masalah
b. Analisis penyebab masalah
c. Rumusan masalah
d. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran
6

2

20






PAUD

LAMPIRAN 2. CONTOH TABEL MEKANISME KEGIATAN PTM TAP
Perte-muan kegiatan
1 • Orientasi TAP (apa, mengapa dan bagaimana TAP), yang bersumber dari Panduan TAP
• Penjelasan, diskusi, dan penyepakatan skenario kegiatan pembimbingan, termasuk pemberian tugas dan penyerahan tugas TAP
• Berlatih melakukan refleksi serta menemukan, merumuskan, dan menganalisis suatu masalah pembelajaran yang pernah dialaminya
Kerja Mandiri 1: Mahasiswa (1) mempelajari kembali mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK); (2) menemukan permasalahan pembelajaran, merumuskan dan menganalisisnya untuk dibahas pada pertemuan II.
2 • Membahas dan mendiskusikan Tugas Mandiri 1, yang terkait dengan pemahaman substansi PTK serta masalah pembelajaran
• Mahasiswa bersama pembimbing melakukan kajian terhadap materi kurikuler di jenjang pendidikan dasar dan menengah
• Mahasiswa berlatih menganalisis kasus yang dikembangkan oleh pembimbing dengan menentukan:
o Identifikasi masalah
o Menganalisis masalah dengan menemukan kekuatan dan kelemahannya
o Memilih masalah utama penyebab kegagalan atau keberhasilan suatu pembelajaran
o Merumuskan masalah (dalam kalimat pertanyaan atau pernyataan)
Kerja Mandiri 2: Mahasiswa mengembangkan kasus baru
3 • Dengan menggunakan kasus pada Kerja Mandiri 2, mahasiswa mengerjakan Tugas I, yang mencakup:
o Identifikasi masalah
o Analisis masalah dengan menemukan kekuatan dan kelemahannya
o Masalah utama penyebab kegagalan atau keberhasilan suatu pembelajaran
o Rumusan masalah (dalam kalimat pertanyaan atau pernyataan)
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas I
4 • Mahasiswa bersama pembimbing melakukan kajian lanjutan terhadap materi kurikuler di jenjang pendidikan dasar dan menengah
• Berdasarkan kasus dari Kerja Mandiri 2, mahasiswa berlatih merumuskan alternatif pemecahan masalah. Dalam merumuskan alternatif pemecahan masalah, mahasiswa bersama pembimbing membahas alasan mengapa alternatif pemecahan masalah tertentu dipilih dan mengkaitkannya dengan beberapa kajian dari aspek:
 Penguasaan Substansi Kurikulum Sekolah:
 Pemahaman Peserta Didik
 Pembelajaran yang mendidik
 Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan
5 • Dengan menggunakan kasus dari Kerja Mandiri 2 dan hasil tugas I, mahasiswa mengerjakan Tugas II, yaitu:
merumuskan alternatif pemecahan masalah dan menentukan alasan mengapa alternatif pemecahan masalah tertentu dipilih dan mengkaitkannya dengan beberapa kajian/teori dari aspek:
 Penguasaan Substansi Kurikulum Sekolah:
 Pemahaman Peserta Didik
 Pembelajaran yang mendidik
 Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas II
6 • Pembimbing menjelaskan cara memecahkan masalah-masalah pembelajaran dari kasus pembelajaran di SD yang disediakan pembimbing.
• Mahasiswa berlatih dan berdiskusi memecahkan masalah-masalah pembelajaran dari kasus pembelajaran di SD yang disediakan pembimbing.
Kerja Mandiri 3: Mahasiswa ditugaskan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran di SD beserta alasannya bila disajikan kasus pembelajaran berdasarkan penelitian tindakan kelas.
7 • Pembimbing memberikan balikan atas Kerja Mandiri 3
• Mahasiswa mengerjakan Tugas III: memecahkan masalah pembelajaran dengan disediakan kasus pembelajaran di SD.
• Pembimbing memberikan umpan balik dari Tugas III.
8 • Uji coba mengerjakan contoh soal ujian TAP
• Pembimbing memberikan umpan balik dari hasil uji coba pengerjaan contoh soal ujian TAP
• Pembimbing memberikan orientasi tentang prosedur ujian TAP